Sebuah survey yang dilakukan untuk mengamati pola konsumsi masyarakat Indonesia secara mengejutkan menunjukkan bahwa porsi belanja deterjen menduduki tempat ke-3 dari belanja keluarga untuk produk non-pangan, dimana posisi teratas adalah untuk kebutuhan bahan bakar& transportasi, diikuti oleh pendidikan. Begitu akrabnya deterjen dengan kehidupan kita sehingga tanpa kita sadari, kontribusinya dalam konsumsi masyarakat sudah melampaui pos lain seperti rekening listrik, belanja pakaian, dan perabotan lain.
Ketika berbelanja di pusat perkulakan, hypermarket, atau supermarket, coba kita perhatikan isi trolley konsumen yang mengantri di kasir. Hampir bisa dipastikan, terdapat produk-produk pembersih dalam setiap trolley, khususnya milik pembeli wanita. Ada deterjen untuk mencuci baju, mencuci piring, membersihkan lantai, dan sebagainya.
Tidak diragukan lagi bahwa bisnis deterjen memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi sekarang masyarakat semakin cerdas dalam memilih. Kalau dulu konsumen masih terpaku pada merk-merk terkenal saja (brand-minded), saat ini dengan kondisi perekonomian yang semakin sulit, dimana daya beli semakin rendah sementara kebutuhan tetap tinggi, masyarakat mulai membuka diri terhadap produk alternative, asalkan mutunya bagus, dan harganya murah.